Masalah kebobrokan moral dan asusila merupakan masalah yang paling serius dan kronis yang dialami oleh masyarakat Barat. Meningkatnya masalah dekandensi moral di berbagai lapisan masyarakat telah menimbulkan kekhawatiran di tengah para pemikir dan pemerintah Barat. Masalah ini telah meninggalkan dampak negatif terhadap fondasi keluarga dan mengacaukan hubungan antara individu dan sosial di Eropa dan Amerika. Noel Hornor, seorang pendeta Amerika dalam sebuah makalah mengenai masalah hubungan seksual yang tragis di negaranya, menulis, “ Masalah asusila melanda semua tempat dan semua kalangan. Mereka semua telah dicengkeram oleh masalah ini. Masyarakat seolah-olah telah ditaklukkan oleh masalah asusila dan mereka tidak lagi bisa membedakan mana jalan yang benar dan mana jalan yang sesat.â€‌
Meskipun pada masa lalu juga sudah muncul masalah dekandensi moral dan asusila, tetapi pada zaman sekarang, masalah tersebut secara drastis amat merajalela di Barat akibat dari kinerja jahat media massa. Media massa Barat dewasa ini dengan alasan kebebasan, secara brutal menyajikan pornografi untuk ditonton oleh semua orang, termasuk anak-anak. Hubungan seksual merupakan salah satu topik penting dalam acara televisi Barat dan para seniman saling berlomba untuk menyajikan hasil karya mereka di bidang pornografi. Media massa Barat umumnya telah melupakan tugas utama mereka sebagai penjaga moral dan budaya. Mereka kini malah menjadi sumber atau penyebar kefasadan dan kebobrokan moral. Niel Postman, kritikus sosial Amerika, mendeskripsikan fenomena ini sebagai berikut. “Kata-kata malu, harga diri, dan kesucian kini telah kehilangan warna dan nilainya.â€‌
Hilangnya rasa malu dalam masalah seksual di Barat telah menyebabkan masyarakat Barat, khususnya anak remaja melibatkan diri dalam hubungan seksual yang bebas tiada batas sehingga menghancurkan sendi-sendi keluarga dan masyarakat. Menurut data statistik, tingkat perkawinan legal di Barat semakin menurun. Artinya, masyarakat lebih senang melakukan hubungan ilegal di luar perkawinan. Suratkabar Amerika Newsweek edisi bulan Januari tahun 1997 menulis: lebih dari separuh anak yang dilahirkan di Swedia, dimiliki oleh ayah-ibu yang tidak menikah. Di Perancis dan Inggeris, angka ini mencapai sepertiganya. Sedangkan di Amerika, tingkat kehamilan di luar perkawinan lebih dari dua kali lipat dibanding yang terjadi di negara-negara Barat lainnya.
Berdasarkan data dari News And World Report, lebih dari satu juta anak gadis Amerika yang mengandung, 75 persennya adalah tanpa nikah. Dari jumlah tersebut, 80 persen-nya adalah ibu-ibu muda yang miskin dan memerlukan bantuan dari pemerintah. Pusat penelitian ini juga menemukan data bahwa saat ini, setiap dua anak Amerika, satu di antaranya adalah anak hasil hubungan zina. Banyak sekali anak-anak yang tidak berdosa itu yang telah digugurkan.
Meningkatnya kefasadan moral di Barat diiringi pula dengan berkembangnya kekerasan yang telah meningkatkan angka pemerkosaan, sehingga kini, salah satu sumber ketakutan para wanita Barat ialah perkosaan. Di Amerika saja setiap tahunnya lebih dari 700 ribu wanita telah diperkosa. Lembaga penelitian RAINN dalam laporannya menulis: Dari setiap enam wanita Amerika, seorang darinya telah mengalami pemerkosaan. Lembaga ini juga menyingkapkan realita yang lebih pahit, yaitu bahwa 40 persen dari perkosaan tersebut dilakukan di dalam rumah dan sebagian besarnya oleh orang yang mereka kenali dan famili terdekat, 20 persen di rumah tetangga, rekan atau saudara, dan 25 persen lagi di lokasi umum. Data bahwa kebanyakan dari pemerkosaan terjadi di dalam rumah dan dilakukan oleh keluarga terdekat, menunjukkan betapa kronisnya keruntuhan akhlak di Barat.
Poin lain yang menarik untuk kita perhatikan adalah bukan hanya wanita yang diperkosa. Setiap 8 orang korban pemerkosaan, seorang di antaranya adalah lelaki. Angka pelecehan seksual yang menakutkan ini pun masih dianggap rendah karena hanya 40 persen korban pemerkosaan yang mengadukan kasusnya ke polisi. Selebihnya menyembunyikan masalah ini karena malu atau takut karena para pelaku tidak akan dikenai hukuman berat sehingga ada kemungkinan membalas dendam. Para korban pemerkosaan terpaksa menanggung sendiri penderitaan mereka. Mereka menderita sakit fisik dan jiwa, seperti stress, depresi, trauma, mengigau dalam tidur, dan sebagainya.
Meningkatnya pelecehan seksual terhadap anak-anak merupakan satu lagi masalah tragis yang sedang menimpa Barat. Berita-berita yang diterbitkan mengenai perlakuan pelecehan seksual, menunjukkan bahwa sebagian pemerkosaan terhadap anak-anak itu dilakukan oleh ayah-ibu mereka sendiri. Berlandaskan kepada statistik yang dikeluarkan pada tahun 1996, 31 persen perempuan Inggeris mengalami perkosaan ketika mereka belum mencapai usia akil baligh. Di Amerika, 15 persen dari korban pemerkosaan adalah anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun. Sementara itu, mafia penyeludupan anak-anak terus saja bebas melakukan kegiatan ilegal, yaitu menyeludupkan anak-anak ke Eropa dan Amerika untuk dijadikan pekerja seks.
Perkembangan kefasadan dan keruntuhan moral di Barat yang menakutkan ini telah meninggalkan berbagai dampak tragis terhadap masyarakat. Meningkatnya kekerasan, penculikan, penyakit jiwa, kehilangan identitas, penggunaan bahan narkotika, dan runtuhnya institusi keluarga, merupakan sebagian dari dampak kebebasan tanpa batas. Pemerintah Barat pun tidak berdaya untuk mengontrol penyimpangan akhlak dan asusila di negara mereka, atau minimalnya, mengurangi dampak negatifnya. Noel Hornor menulis: Masyarakat yang meninggalkan fondasi moral akhirnya akan digabungkan ke dalam tong sampah sejarah.
Dewasa ini, Amerika sebagai sebuah negara adidaya justru merupakan negara yang paling parah menderita masalah kebebasan tanpa batas dan sedang berjalan di atas lorong keruntuhan akhlak. Berlandaskan kepada polling majalah Amerika Newsweek, 76 persen dari rakyat negara ini percaya bahwa negara mereka sedang mengalami keruntuhan moral. Proses kefasadan dalam masyarakat Amerika ini juga menjadi pelopor dalam penyimpangan di peradaban Barat pada umumnya.
Fenomena di Barat ini merupakan bukti dari kehancuran manusia yang menjuhkan diri dari jalan Tuhan dan spiritualitas. Orang yang tidak menghambakan diri pada Tuhan yang merupakan kunci kemajuan dan kesuksesan, secara pasti akan menjadi penyembah hawa nafsu dan tenggelam dalam badai besar. Hari demi hari orang-orang Barat semakin merasa jenuh dengan kehidupan materi yang tidak memiliki tujuan dan akhir. Orang-orang yang sadar akan meninggalkan kehidupan seperti itu dan mencari agama dan spiritualitas. Agama yang telah diturunkan oleh Tuhan bagi manusia adalah bersesuaian dengan kehendak fitri manusia. Berlandaskan kepada ajaran agama besar, khususnya Islam, tidak ada satupun dari keinginan manusia, termasuk daya tarik seksual, yang boleh dibiarkan tanpa batas. Agama Islam mengajarkan, naluri manusia haruslah disalurkan di atas jalan alami yakni perkawinan, sehingga kelestarian ikatan kasih sayang dan keselamatan generasi masa akan datang terpelihara.

http://udoanas.multiply.com/journal/item/4/Kebobrokan_Moral_Barat?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem